WELCOME

I can help you, You can help me...

Senin, 20 Desember 2010

Slide Rekayasa Tanaman II

Bagi para mahasiswa yg mmbtuhkan materi kuliah rekayasa Tanaman II silahkn sedot :

http://www.4shared.com/document/8iQrUu_e/4Mode-Reproduction-Generecomb.html
http://www.4shared.com/document/4hT1DvOq/Introduction-Rektan_II.html
http://www.4shared.com/document/DOL2LNOY/PlasmaNutfah-domestikasi-Rekta.html
http://www.4shared.com/document/EoTnEv-q/PlasmaNutfah-domestikasi-Rekta.html
http://www.4shared.com/document/tbtX7shO/Renc-Pembelajaran-Rektan2_revi.html

Rabu, 24 Maret 2010

Tanah Ultisol

TANAH ULTISOL

 

Ultisol hanya ditemukan di daerah-daerah dengan suhu tanah rata-rata lebih dari 8˚C. Ultisol adalah tanah dengan hormon argilik atau kardik bersifat masam dengan kejenuhan basa rendah. Kejenuhan basa (jumlah kation) pada kedalaman 1,8 m dari permukaan tanah kurang dari 35%.

            Tanah ini umumnya berkembang dari bahan induk tua. Di Indonesia banyak ditemukan di daerah dengan bahan induk batuan liat. Tanah ini merupakan bagian terluas dari lahan kering di Indonesia yang belum dipergunakan untuk pertanian. Terdapat tersebar di daerah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian jaya. Daerah-daerah ini direncanakan sebagai daerah perluasan areal pertanian dan pembinaan transmigrasi. Sebagian besar merupakan hutan tropika dan padang alang-alang. Problema tanah ini adalah reaksi masam, kadar Al tinggi sehingga menjadi racun tanaman dan menyebabkan fksasi P, unsur hara rendah, diperlukan tindakan pengapuran dan pemupukan.

 

Faktor-faktor Pembentukan Tanah

            Faktor-faktor pembentuk tanah yang banyak mempengaruhi pembentukan Ultisol adalah :

            Bahan induk : Bahan induk tua, misalnya batuan liat, atau batuan volkanik masam.           

            Iklim : Harus cukup panas (warm) dan basah (humid), di daerah iklim sedang dengan suhu tanah rata-rata lebih dari 8˚C, sampai di daerah tropika.

            Vegetasi : di daerah iklim sedang di didominasi oleh pinus. Di Indonesia vegetasi hutan tropika.

            Ralief  : Berombak sampai berbukit.

            Umur   : Tua

Proses Pembentukan Tanah

            Proses pembentukan tanah Ultisol meliputi beberapa proses sebagai berikut :

proses sebagai berikut :

1.      Pencucuian yang ekstensif terhadap basa-basa merupakan prasyarat. Pencucian berjalan sangat lanjut sehingga tanah bereaksi masam, dan kejenuhan basa rendah sampai di lapisan bawah tanah (1,8 m dari permukaan).

2.      Karena suhu yang cukup panas (lebih dari 8˚C) dan pencucian yang kuat dalam waktu yang cukup lama, akibatnya adalah terjadi pelapukan yang kuat terhadap mineral mudah lapuk, dan terjadi pembentukan mineral liat sekunder dan oksida-oksida. Mineral liat yang terbentuk biasanya didominasi oleh kaolinit, dan gibsit.

3.      Lessivage (pencucian liat), menghasilkan horison albik dilapisan atas (eluviasi), dan horison argilik dilapisan bawah (iluviasi). Sebagian liat di horison argilik merupakan hasil pembentukan setempat (in situ) dari bahan induk.Di daerah tropika horison E mempunyai tekstur lebih halus mengandung bahan organik dan besi lebih tinggi daripada di daerah iklim sedang.

Bersamaan dengan proses lessivage tersebut terjadi pula proses podsolisasi dimana sekuioksida (terutama besi) dipindahkan dari horison albik ke horison argilik.

4.      Biocycling

Meskipun terjadi pencucian intensif tetapi jumlah basa-basa di permukaan tanah cukup tinggi dan menurun dengan kedalaman. Hal ini disebabkan karena proses Biocycling basa-basa tersebut oleh vegetasi yang ada di situ.

5.      Pembentukan plinthite dan fragipan.

Plinthite dan fragipan bukan sifat yang menentukan tetapi sering ditemukan pada Ultisol. Biasanya ditemukan pada subsoil di daerah tua.

Plinthite : Terlihat sebagai karatan berwarna merah terang. Karatan ini terbentuk karena proses reduksi dan oksidasi berganti-ganti. Kalau muncul di permukaan menjadi keras irreversibie dan disebut laterit. Karatan merah yang tidak mengeras kalau kering berlebihan bukanlah plithit.

Plinthite ditemukan mulai kedalaman yang dipengaruhi oleh fluktuasi air tanah. Hanya plinthite yang dapat menghambat drainase yang dalam Taksonomi Tanah (yaitu mengandung 10-15 persen volume atau lebih plinthite = Plinthaquult).

Fragipan : Pada Ultisol drainase buruk, seperti halnya plinthite, fragipan menghambat gerakan air dalam tanah. Proses pembentukan fragipan masih belum jelas.

6.      Perubahan horison umbrik menjadi mollik

Ultisol dengan epipedon umbrik (Umbraquult) dapat berubah menjadi epidedon mollik akibat pengapuran. Walaupun demikian klasifikasi tanah tidak berubah selama lapisan-lapisan yang lebih dalam mempunyai kejenuhan basa rendah. Control Sectiori untuk kejenuhan basa ditetapkan pada kedalaman 1,25 m dari permukaan horison argilik atau 1,80 m dari permukaan tanah (kejenuhan basa kurang dari 35%). Hal ini disebabkan untuk menunjukan adanya pencucian yang intensif dan agar klasifikasi tanah tidak berubah akibat pengelolaan tanah.

Penggunaan Tanah Ultisol

            Ultisol merupakan daerah luas di dunia yang masih tersisa untuk dikembangkan sebagai daerah pertanian. Air di daerah ini umumnya cukup tersedia dari curah hujan tinggi. Banyak merupakan daerah perladangan petani primitif. Biasanya memberi produksi yang baik pada beberapa tahun pertama, selama unsur-unsur hara di permukaan tanah yang terkumpul melalui proses biocycle belum habis. Reaksi tanah yang masam, kejenuhan basa rendah, kadar Al yang tinggi, kadar unsur hara yang rendah merupakan penghambat utama untuk pertanian. Untuk penggunaan yang baik diperlukan pengapuran, pemupukan dan pengelolaan yang tepat.

            Penggunaan sebagai hutan dapat mempertahankan kesuburan tanah karena proses recycling. Basa-basa tercuci ke bagian bawah tanah, diserap oleh akar-akar tanaman hutan dan dikembalikan ke permukaan melalui daun-daun yang gugur. Bila hutan ditebang, maka tanaman semusim  atau alang-alang tidak dapat melakukan recycle basa-basa (unsur hara) karena akar-akarnya tidak dalam.

HORISON-HORISON DIAGNOSTIK
I. Epipedon
1. Molik :

a. ketebalan :   - > 10 cm jika menumpang pada batuan keras
                         - 1/3 tebal belum jika solum tidak tebal
                         - 25 cm jika solum tebal
b. tidak keras sekalipun kering (gambar – agak teguh)
c. Kroma warna <> 3,5
d. V > 50% 
e. B.O.> 1%, tapi <> 
f. P2O5 larut asam sitrat <>
g. Struktur berkembang nyata

2. Anthopik :

a. seperti mollik, tetapi
b. kadar fosfat tinggi karena pengolahan dan pemupukan (anthropos = manusia)

3. Histik :

a. horizon organik (histos = jaringan)
b. tebal > 1 kaki ( 30 cm)
c. sering jenuh air

4. Ochric :

a. warna lebih muda (ochros = pucat, warna muda)
b. kadar, b.o. lebih rendah
c. lebih tipis dari mollic, umbric, anthropic atau histic
d. keras dan pejal waktu kering

5. Plaggen :

a. Mengandung seresah, pupuk kandang dan sampah usaha tani 
b. tebal > 50 cm
c. pengaruh pengolahan tanah yang lama 
(plaggen = sod = tanaman sisa-sisa rumput)

6. Umbrik :

a. warna tua (umbra = peneduh warna tua)
b. sepeti mollik, tetapi jenuh hidrogen (H+)
sehingga nilai V rendah ( <>

II. Endopedon :
1. Kambik :

a.       Struktur granuler gumpal atau tiang, bercampur dengan yang masih memperlihatkan struktur batuan induk.

b.       Mengandung mineral terlapukkan, termasuk alofan atau kaca volkan   (vitrik) (cambiare = menukar)

c.       KPK di atas 16 me%

d.      Belum ada iluviasi lempung, seskuioksida & B.O

e.        Tidak tampak selaput lempung pada gumpalan/butir tanah

f.       Tidak dapat berkembang dalam bahan pasir ( terbentuk oleh reaksi fisika atau kimia) 

2. Agric :

a.       Pengumpulan G.O & lempung langsung di bawah lapangan olah 15% vol tanah (agr = lapangan)

3. Albic :

a.       Lempung & oksida besi telah terlundi sehingga meninggalkan pasir dan debu warna muda. (albus = putih) 

b.      Biasanya dialasi oleh spodik atau orgilic

4. Argilik :

Horison argilik merupakan horison atau lapisan tanah yang terbentuk. akibat terjadi akumulasi liat.

a.       Berhorizon B lempung illuvial (orgilla = lempung putih)

b.      Berselaput lempung pada permukaan gumpal tanah 

5. Galcic :

a.       Perkayaan CaCO3 sekunder atau CaCO3+ MgCO3 sekunder (calcic = kapur)

b.      Kadar CaCO3 setara > 15% bila tebal > 15 cm
Kadar CaCO3 setara > 5% dari horizon C (notric = natrium)

6. Natrik : Seperti argilic, tetapi : 

a.       Berstruktur kolumner / prismatik

b.      Ber Na tertukar 15%

c.        pH > 8,5

7. Oksik :

a.       Pengumpulan besi oksida dan/atau Al oksida terhidrat

b.      Berlempung kaolinit (kisi 1:1) (oksik : oksida)

c.       Tak berselaput lempung

d.      pH (KCl) pH – H2O

1.    Spodik :

a.       Berhorizon B dengan pengumpulan humus/seskuioksida

b.      Tak ada pengumpulan lempung & selaput lempung

c.        Dapat merekat menjadi padas (orstein)
(spodos = abu kayu)

9. Duripan :

a.       Terekat oleh silika berbentuk kristal mikro sehingga fragmen-fragmen kering tak mau menjadi bubur bila direndam (durus = keras)

b.      Sering mengandung semen tambahan berupa oksida besi dan CaCO3 sehingga warna beraneka 

 

 

10. Fragipan (tragilis = rapuh) :

Fragipan : Padas di bawah horison spodik dengan sementasi lemah hingga rapuh (mudah pecah). Bahan-bahan halus menngisi pori-pori sehingga bulk destiny meningkat menjadi 1,92 gr/cc (Hole et al 1962). Bahan perekatnya Si atauAl.

a.       BV lebih tinggi dari horizon di atasnya

b.      Keras bila kering tetapi rapuh bila lembab 

11. Gypsic(gypsum = gips) :

a.       Kadar gips > 35% dari jumlah karbonat + gips 

b.      Jumlah karbonat + gips > 40% berat tanah halus total ( 2mm)

12. Petrocalcic (petra = batuan) :

a.       Horizon calcic yang memadas dan berbentuk tidak terputus-putis

13. Petrogypsic :

a.       Horizon gipsic yang memadas dan tidak terputus-putus 

14. Placic (plox = batu pipih) :

a.       Padas tipis berwarna hitam sampai merah tua

b.      Terekat oleh besi

c.       Tebal 2mm – 10 mm

15. Salic (sal = garam) :

a.       Kadar garam terlarut sangat tinggi

b.      DHL 1mmhO
3000 ppm

c.       Kadar Na tertukar <>

16. Sulfuric (Sulfureouse) :

a.       Mengandung besi sulfat jika pH oksidasi <>

b.      Mengandung polisulfida > 0,75% jika mengandung kurang dari 3x kadar CaCO2 setara (hanya untuk histosol & aquent cat day)

 

TANAH TIDAK DIAGNOSTIK

1.      Durinode (durus = keras, nodus = simpul) :
Nodula yang terekat lemah sampai memadas 
terurai di dalam KOH pekat (+HCl untuk hilangkan karbonat) tidak terurai dengan HCl p saja.
- Bahan semennya SiO2
- Bila kering berkonsistensi teguh – sangat teguh & rapuh bila basah
- Bila direndam air tidak melumpur
- Berbentuk sebagai konkresi (laporan konsentrik) dengan ukuran 1 cm

2.      Gilgai & Slicken-side :
Bentuk muka tanah dengan pola tumbuhan yang terdiri bukit/pematang kecil dan cekungan dangkal – sempit sebagai akibat dari proses kembang kerut lempung. 

3.      Kontak lithic (eithos = batu) :
Batas antara tanah dengan bahan padu dan tidak terputus-putus yang terdapat di bawahnya. 
- Bahan harus cukup padu dalam keadaan lembab
tidak dapat digali dengan skop
- Bila mineral tunggal, kekerasan 6
- Bila bukan mineral tunggal, bongkah-bongkah tercabik tidak terdispersi dalam penggojokan 15 jam dalam air/calgon
- Bahan padunya tidak mencakup horizon-horizon tanah diagnostik seperti duripon/petrocalcic

4.      Kontak poralithic :
- Mirip kontak lithic, tapi kekerasannya <> 
- Bila lembab dapat diskop, meski sulit
- Bahan padu berupa sedimen yang alami perpaduan sebag seperti batu pasir, batuan debu atau shale (serpih), BV <> 

5.      Plinthile (plinthos : batubata)
- Campuran terlapuk dari lempung, kwarsa & kotoran
- Kaya seskuioksida
- Miskin humus
- Berbecak-becak merah, dapat didispersi
- Berpola pipih/jaring
- Merupakan bahan yang tidak memadas
- Irreversibel menjadi padas besi, agregate tak teratur
- Konsistensi teguh (kap lap) dan keras (titik layu)
- Proses kimiawi : oksidasi dan dekarbonatasi
• Oksidasi : karena udara mengalir lewat retakan, b.o. teroksidasi dan warna kelabu kebiruan kecoklat karena oksidasi senyawa besi.
- oksidasi dipercepat oleh jazad renik pengoksidasi besi sehingga warna merah cepat timbul (pada lap atas yang tipis)
- senyawa pirut (FeS2) pada lumpuran lempung payau teroksidasi menjadi asam sulfa

 

HORISON DAN LAPISAN UTAMA

1.      Horizon organik :

O : horizon organik dari tanah mineral 

a.       terbentuk pada bagian atas tanah mineral

b.      dirajai oleh bahan-bahan organik segar/terurai sebagian

c.       berkadar BO 30% jika berfraksi lempung 50%, 20% jika berfraksi bukan lempung
O1¬ : horizon organik yang sebagian besar bagian-bagiannya masih jelas menampakkan bentuk asli. 
O2 : horizon organik yang sudah tidak tersidik bentuk asli asalnya. 

2.      Horizon mineral
A : horizon mineral yang terdiri atas :

a.       horizon pengumpulan b.o yang terbentuk dekat permukaan 

b.      lap yang telah kehilangan lempung, besi atau aluminium yang mengakibatkan pengumpulan kwarsa atau mineral 

c.       horizon yang dirajai (a) atau (b) tapi memperlihatkan sifat ke horison B atau C dibawahnya. 
A1 : terbentuk/sedang terbentuk pada/dekat muka tanah dengan penimbunan b.o. terhumofikasi yang berhubungan dengan fraksi mineralnya. 
A2 : berciri pokok hilangnya lempung, besi atau aluminium sehingga terjadi pemekatan residuil kwarsa.
A3 : horizon peralihan antara A dan B dan dirajai oleh sifat-sifat khas A¬¬1 dan A2 yang menumpanginya, tapi mempunyai beberapa sifat tambahan dari horizon B di bawahnya. 
AB : peralihan antara A dan B, yang bagian atas berciri utama sifat-sifat A, dan bagian bawah seperti horizon B.
Keduanya tidak bisa dipisahkan menjadi A3 dan B1 biasanya karena terlalu tipis, bila tebal harus dipisahkan. 

B : Ciri-ciri utamanya

a.       pemekatan illuvial lempung silikat, besi, Al/humus baik sendiri-sendiri maupun kombinasi.

b.      Pemekatan residuil seskudesido atau lempung silikat dengan pelarutan/penghilangan karbonat-karbonat/garam-garam mudah larut. 

c.       Terjadi pelarutan seskuidesida sehingga berwarna lebih tua, cemerlang atau lebih merah tapi tak ada iluviasi besi.

d.      Perobahan bahan dari keadaan aslinya yang mengaburkan struktur batuan asli, yang membentuk lempung-lempung silikat, membebaskan desida-desida atau keduanya dan membentuk struktur granuler, gumpal atau prismatik. 
B1 : peralihan antara B dan A1 atau B dan A2 yang dikuasai oleh sifat-sifat B2 di bawahnya, tapi bersifat tambahan dari A¬¬1¬ atau A2. 
B2 : bagian dari horizon B dengan sifat-sifat paling murni, tanpa menunjukkan sifat peralihan ke A, C atau R. 
B3 : peralihan antara B dan C atau R dengan sifat-sifat diagnostik B2 tapi berkaitan dengan sifat-sifat khas C atau R. 
C : mirip dengan bahan yang dianggap bahan asal solum, relatif sedikit kena proses pendogenesa dan tak mempunyai sifat-sifat yang diagnostik A atau B, dengan sifat-sifat :
a. Pelapukan di luar daerah kegiatan biologi utama
b. Sementasi dapat balik, merapuh, BU meninggi sifat khas/fragipan.
c. Gleisasi
d. Pengumpulan Ca atau Mg karbonat/garam mudah larut
e. Sementasi oleh Ca atau Mg karbonat/garam mudah larut
f. Sementasi oleh bahan kersik larut alkali atau oleh besi dan silika
g. Mencakup semua horizon/laporan yang terbentuk tanpa faktor biologi
R : batuan dasar pada yang ditumpangi, seperti : granit, batuan pasir atau

     gamping.

A&B: bersyarat A2 tetapi disisipi B sebanyak 50% volume 
AC : bersyarat maupun C tanpa ada yang merajai.
B&A: horizon bersyarat B pada lebih dari 50% volnya dan mencakup bagian-bagian yang bersyarat A2.
- mampunyai lidah-lidah tegak A2
- mempunyai pita-pita horizontal A2¬ diantara pita-pita B yang lebih tebal

 

Ciri Morfologi

 

Pada umumnya Ultisol berwarna kuning kecoklatan hingga merah. Pada klasifikasi lama menurut Soepraptohardjo (1961), Ultisol diklasifikasikan sebagai Podsolik Merah Kuning (PMK). Warna tanah pada horizon argilik sangat bervariasi dengan hue dari 10YR hingga 10R, nilai 3−6 dan kroma 4−8 (Subagyo et al. 1986; Suharta dan Prasetyo 1986; Rachim et al. 1997; Suhardjo dan Prasetyo 1998; Alkusuma 2000; Isa et al. 2004; Prasetyo et al. 2005).Warna tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain bahan organik yang menyebabkan warna gelap atau hitam, kandungan mineral primer fraksi ringan seperti kuarsa dan plagioklas yang memberikan warna putih keabuan, serta oksida besi seperti goethit dan hematit yang memberikan warna kecoklatan hingga merah. Makin coklat warna tanah umumnya makin tinggi kandungan goethit, dan makin merah warna tanah makin tinggi kandungan hematit (Eswaran dan Sys 1970; Allen dan Hajek 1989; Schwertmann dan Taylor 1989).

Tekstur tanah Ultisol bervariasi dan dipengaruhi oleh bahan induk tanahnya. Tanah Ultisol dari granit yang kaya akan mineral kuarsa umumnya mempunyai tekstur yang kasar seperti liat berpasir (Suharta dan Prasetyo 1986), sedangkan tanah Ultisol dari batu kapur, batuan andesit, dan tufa cenderung mempunyai tekstur yang halus seperti liat dan liat halus (Subardja 1986; Subagyo et al. 1987; Isa et al. 2004; Prasetyo et al. 2005). Ultisol umumnya mempunyai struktur sedang hingga kuat, dengan bentuk gumpal bersudut (Rachim et al. 1997; Isa et al. 2004; Prasetyo et al. 2005).

Komposisi mineral pada bahan induk tanah mempengaruhi tekstur Ultisol. Bahan induk yang didominasi mineral tahan lapuk kuarsa, seperti pada batuan granit dan batu pasir, cenderung mempunyai tekstur yang kasar. Bahan induk yang kaya akan mineral mudah lapuk seperti batuan andesit, napal, dan batu kapur

cenderung menghasilkan tanah dengan tekstur yang halus.

Ciri morfologi yang penting pada Ultisol adalah adanya peningkatan fraksi liat daslam jumlah tertentu pada horizon seperti yang disyaratkan dalam Soil Taxonomy (Soil Survey Staff 2003). Horizon tanah dengan peningkatan liat tersebut dikenal sebagai horizon argilik. Horizon tersebut dapat dikenali dari fraksi liat hasil analisis di laboratorium maupun dari penampang profil tanah. Horizon argilik umumnya kaya akan Al sehingga peka terhadap perkembangan akar tanaman, yang menyebabkan akar tanaman tidak dapat menembus horizon ini dan hanya bserkembang di atas horizon argilik.

DAFTAR PUSTAKA

 

www.google.com

Hardjowigeno sarwono. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika Pressindo. Jakarta.